Aku berani memilih untuk masuk sekolah favorit, berani untuk memilih masuk ke Universitas ternama di Jakarta. dan aku berani untuk memutuskan bekerja ditempatku saat ini, juga berani untuk menikah dengan suamiku.
Dalam tulisan ini aku akan berbagi tentang pentingnya menjadi diri sendiri.
- First One.
Dari seorang wanita yang senang berkumpul dengan teman-teman, aku berubah menjadi wanita rumahan, ups! bukan wanita rumahan yang akhirnya tercapai, tapi wanita yang selalu berdua dengan kekasihnya kapanpun dan dimanapun. Awalnya aku senang, karena hobyku bermain bilyard tersalurkan bersamanya. Tapi suatu hari, ketika dia memutuskan untuk aku tidak lagi berorganisasi di lingkungan kampusku, rasanya aku mulai geram, terusik dan tidak nyaman.
Nomor teleponku diganti, Buku teleponku dicorat-coret dengan tinta hitam sehingga aku harus memberinya tipe-x agar sedikit tidak terlihat jorok.
Pagi diantar ke kampus dan pulangpun bersamanya.
Pulang dari kampus kita selalu pergi ke suatu tempat untuk makan malam, BOROS!!
Fact: He loved me…but only IF [ ......................... ].
Translation: He didn’t love me. He loved who he wanted me to be.
Tiada hari tanpa ketemu, tiada detik tanpa bersamanya.
Aku merasa terusik, dan mulai bertanya how do i practise being myself.
Aku harus mulai bisa membantah. Belajar kuat dan belajar mengutarakan pendapat.
- Second one
- Third one
After months and months of a deep depression, I finally went back to basics.
Dari pengalamanku yang lumayan banyak, aku belajar untuk menjadi pribadi yang kuat. Menjadi diri sendiri dan siap untuk melakukan segala hal sendiri sendiri.
I'm who I'm. Jadi bilamana ada seseorang, baik teman ataupun yang baru kenal, aku tidak akan berubah untuknya. Tapi mereka yang harus belajar mengenai aku.
Kalo kamu menyukainya, itu bagus! Tapi jika kamu tidak menyukainya, itu masalahmu!
How do you learn it? Find out who you are, and be who you are, no matter what.
Don’t be ashamed of your beliefs, preferences, or views. They are yours, YOU are yours.
I'm, My self
Dwinalduck